Allah Swt memberikan amanat kepada manusia menjadi khalifah. Mengelola semua yang tersedia di dunia sebagai modal dan penolong menuju hidup abadi di akherat. Sangat logis jika ada ’tugas’ pasti ada ’petunjuk’. Maka manusia wajib untuk mempelajari pentunjuk dari Allah tersebut. Dengan kata lain, mengkaji Al Qur’an dan Assunnah merupakan kewajiban disamping mencermati ayat-ayat alam di sekitar kita.
Ilmu dunia atau ilmu syar’i (baca:agama)?
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Seolah-olah memang ada dikotomi dalam ilmu. Tapi ingatlah bahwa sumber dari itu semua hanyalah Allah Swt. Berapa banyak orang yang sangat pandai dalam menguasai ilmu dunia kemudian menjadi ‘goyah’ keimanan-nya?Berapa banyak manusia yang asyik menggeluti bidang bisnis dan pekerjaan kemudian ‘lupa’ tugas utamanya kepada Allah Swt. Maka konsep ‘keseimbangan’ sangat perlu diperhatikan. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan secara terus menerus merupakan dasar pokok agar tidak goyah dalam kondisi apapun. Tidak peduli apakah kita berstatus ilmuwan atau orang bodoh (maaf,tidak pinter) atau orang yang kaya dan miskin atau orang yang sibuk dan tidak sibuk. Sehingga nantinya tetap bisa mencapai syurganya Allah Swt.
Sungguh sangat disayangkan jika ada seseorang memeluk Islam sebagai dien. Tetapi jauh dari ilmunya. Bagaimana seseorang bisa menjadi benar-benar mengerti kalo hanya mengandalkan ilmu seminggu sekali lewat khutbah shalat Jum’at? Atau mengandalkan pengajian-pengajian dadakan yang diadakan beberapa bulan sekali?. Atau ada yang mengatakan, saya sudah pandai saya cukup menkaji lewat membaca buku atau internet? Atau ada juga yang merasa ’saya sudah cukup ilmu’ saya sudah di majlis ilmu bertahun-tahun sehingga memutuskan ’berhenti’ tidak datang lagi.
Bahkan ada juga yang ’beranda-andai’, nanti sajalah jika sudah tua/pensiun tidak ada tanggungan apa-apa nanti akan fokus ke belajar dan mengamalkan Islam. Dan juga jikalau-jikalau yang lain.
Kenapa sih harus mempelajari ilmu?
Dalam Al Qur’an disebutkan banyak sekali tentang pentingnya ilmu. Diantaranya adalah :
1. Allah dan para malaikat serta orang-orang yang berilmu menyatakan (bersaksi) bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia (Allah)” (QS.03:18)
2. Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS.39 : 09)
3. Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (QS.58 : 11)
4. Dan katakanlah : Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku” (QS.20 : 114)
Kedudukan Ilmu
1. Begitu pentingnya mengkaji ilmu dibuktikan ketika dalam kondisi perangpun harus ada sebagian yang tetap mempelajari ilmu.
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS.09:122)
2. Salah satu syarat diterimanya sebuah amal manusia adalam adanya ilmu.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.17:36)
Kemudian disangatkan juga oleh Rasululloh SAW dalam hadistnya :
Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
3.Perintah untuk ber-guru sangat dianjurkan walaupun harus sampai kenegeri Cina. “Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin”, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Hadits ini diri wayatkan dari jalan Abu ‘Atikah Al Bashri, dari Anas bin Malik.
Apa yang harus kita lakukan sekarang ?
1. Cerdas dalam menggunakan waktu. Merasa menyesal dengan sangat ketika waktu berlalu tanpa mempelajari ilmu.
Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?" Nabi Saw menjawab, "Majelis-majelis taklim." (HR. Ath-Thabrani)
2. Mencintai kegiatan 'menuntut ilmu'. Itu akan membuat lebih mudah faham dan ringan. Menuntut ilmu sebagai 'beban' hanya akan membuat malas atau hare-hare (bs.sunda) dalam berangkat dan duduk di majlis. Mendengarkan setengah-setengah, melihat dengan kantuk, pikiran tidak fokus dan pengin cepat kelar dan pulang. Itulah ilustrasi kalo sedang malas. Walaupun itu masih sangat lebih baik daripada orang yang tidak mau berangkat ke majlis taklim.
Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah akan memberi kefahaman kepadanya dalam masalah agama” [HR. Bukhari no.71 dan Muslim no. 1037]
Yahya bin Abu Katsir Al-Yamani berkata, “Ilmu tidak akan didapatkan dengan bersantai-santai”
Apa yang didapat manusia dalam menuntut ilmu ?
Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat mengatupkan sayapanya karena ridha kepada seluruh penuntut ilmu. Penghuni langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang ada di dalam air memohonkan ampun untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan cahaya bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, namun mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan tersebut” [HR. Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6412]
1. Tidak ada manusia yang bersih dari dosa. Dimohonkan Ampun atas dosa-dosa yang telah lalu. Wow..bonus yang menarik bukan? (lihat diatas)
2. Dimudahkan jalan ke syurga. Kenapa? karena jalan ke syurga ditakdirkan dengan banyak rintangan, duri dan godaan. Beda banget dengan neraka yanga hanya mengenal satu kata. Yakni 'bebas', kita bebas melakukan apa saja tidak peduli maksiyat atau haram.
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)
4. Ditinggikan derajatnya. Seperti Bulan bukan seperti bintang
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (QS.58 : 11)
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
5. Mendapatkan paket MLM Pahala. Dalam menuntut ilmu pasti terjadi nasehat-menasehati.
Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 2674]
7. Muncul rasa takut kepada Allah Swt. Salah satu bukti kefahaman terhadap ilmu yang telah diketahui adalah munculnya rasa takut. Takut bukan berarti menghindar tetapi takut untuk taat.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama... (QS.35:28)
Kesimpulan :
Jangan pernah berhenti mempelajari ilmu. Jangan berputus asa. Jangan Tertipu (Ada dua kenikmatan yang banyak menipu manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang” )
Ilmu dunia atau ilmu syar’i (baca:agama)?
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Seolah-olah memang ada dikotomi dalam ilmu. Tapi ingatlah bahwa sumber dari itu semua hanyalah Allah Swt. Berapa banyak orang yang sangat pandai dalam menguasai ilmu dunia kemudian menjadi ‘goyah’ keimanan-nya?Berapa banyak manusia yang asyik menggeluti bidang bisnis dan pekerjaan kemudian ‘lupa’ tugas utamanya kepada Allah Swt. Maka konsep ‘keseimbangan’ sangat perlu diperhatikan. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan secara terus menerus merupakan dasar pokok agar tidak goyah dalam kondisi apapun. Tidak peduli apakah kita berstatus ilmuwan atau orang bodoh (maaf,tidak pinter) atau orang yang kaya dan miskin atau orang yang sibuk dan tidak sibuk. Sehingga nantinya tetap bisa mencapai syurganya Allah Swt.
Sungguh sangat disayangkan jika ada seseorang memeluk Islam sebagai dien. Tetapi jauh dari ilmunya. Bagaimana seseorang bisa menjadi benar-benar mengerti kalo hanya mengandalkan ilmu seminggu sekali lewat khutbah shalat Jum’at? Atau mengandalkan pengajian-pengajian dadakan yang diadakan beberapa bulan sekali?. Atau ada yang mengatakan, saya sudah pandai saya cukup menkaji lewat membaca buku atau internet? Atau ada juga yang merasa ’saya sudah cukup ilmu’ saya sudah di majlis ilmu bertahun-tahun sehingga memutuskan ’berhenti’ tidak datang lagi.
Bahkan ada juga yang ’beranda-andai’, nanti sajalah jika sudah tua/pensiun tidak ada tanggungan apa-apa nanti akan fokus ke belajar dan mengamalkan Islam. Dan juga jikalau-jikalau yang lain.
Kenapa sih harus mempelajari ilmu?
Dalam Al Qur’an disebutkan banyak sekali tentang pentingnya ilmu. Diantaranya adalah :
1. Allah dan para malaikat serta orang-orang yang berilmu menyatakan (bersaksi) bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia (Allah)” (QS.03:18)
2. Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS.39 : 09)
3. Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (QS.58 : 11)
4. Dan katakanlah : Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku” (QS.20 : 114)
Kedudukan Ilmu
1. Begitu pentingnya mengkaji ilmu dibuktikan ketika dalam kondisi perangpun harus ada sebagian yang tetap mempelajari ilmu.
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS.09:122)
2. Salah satu syarat diterimanya sebuah amal manusia adalam adanya ilmu.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.17:36)
Kemudian disangatkan juga oleh Rasululloh SAW dalam hadistnya :
Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: ”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”
3.Perintah untuk ber-guru sangat dianjurkan walaupun harus sampai kenegeri Cina. “Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin”, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Hadits ini diri wayatkan dari jalan Abu ‘Atikah Al Bashri, dari Anas bin Malik.
Apa yang harus kita lakukan sekarang ?
1. Cerdas dalam menggunakan waktu. Merasa menyesal dengan sangat ketika waktu berlalu tanpa mempelajari ilmu.
Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?" Nabi Saw menjawab, "Majelis-majelis taklim." (HR. Ath-Thabrani)
2. Mencintai kegiatan 'menuntut ilmu'. Itu akan membuat lebih mudah faham dan ringan. Menuntut ilmu sebagai 'beban' hanya akan membuat malas atau hare-hare (bs.sunda) dalam berangkat dan duduk di majlis. Mendengarkan setengah-setengah, melihat dengan kantuk, pikiran tidak fokus dan pengin cepat kelar dan pulang. Itulah ilustrasi kalo sedang malas. Walaupun itu masih sangat lebih baik daripada orang yang tidak mau berangkat ke majlis taklim.
Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah akan memberi kefahaman kepadanya dalam masalah agama” [HR. Bukhari no.71 dan Muslim no. 1037]
Yahya bin Abu Katsir Al-Yamani berkata, “Ilmu tidak akan didapatkan dengan bersantai-santai”
Apa yang didapat manusia dalam menuntut ilmu ?
Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat mengatupkan sayapanya karena ridha kepada seluruh penuntut ilmu. Penghuni langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang ada di dalam air memohonkan ampun untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan cahaya bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, namun mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan tersebut” [HR. Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6412]
1. Tidak ada manusia yang bersih dari dosa. Dimohonkan Ampun atas dosa-dosa yang telah lalu. Wow..bonus yang menarik bukan? (lihat diatas)
2. Dimudahkan jalan ke syurga. Kenapa? karena jalan ke syurga ditakdirkan dengan banyak rintangan, duri dan godaan. Beda banget dengan neraka yanga hanya mengenal satu kata. Yakni 'bebas', kita bebas melakukan apa saja tidak peduli maksiyat atau haram.
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)
4. Ditinggikan derajatnya. Seperti Bulan bukan seperti bintang
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (QS.58 : 11)
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
5. Mendapatkan paket MLM Pahala. Dalam menuntut ilmu pasti terjadi nasehat-menasehati.
Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka” [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 2674]
7. Muncul rasa takut kepada Allah Swt. Salah satu bukti kefahaman terhadap ilmu yang telah diketahui adalah munculnya rasa takut. Takut bukan berarti menghindar tetapi takut untuk taat.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama... (QS.35:28)
Kesimpulan :
Jangan pernah berhenti mempelajari ilmu. Jangan berputus asa. Jangan Tertipu (Ada dua kenikmatan yang banyak menipu manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang” )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar